Ramalan sabda palon,fenomena alam dan kebangkitan MAJAPAHIT
Dan yang terakhir dan menyesakkan dada adalah bencana gempa bumi di padang..
Bagi yang tidak percaya ramalan pasti menganggap ini siklus tahunan fenomena alam yang biasa terjadi.Dan bagi yang percaya ramalan akan menghubung2kan dgn ramalan dari tokoh2 terkenal seperti mama laurent dan beberapa menghubungkan dengan ayat2 kitab suci.
Terus saya yang orang Bali yang juga punya darah jawa majapahit (konon leluhur saya para arya yang hijrah ke Bali saat akhir majapahit) juga mempercayai ramalan yang terkenal di kalangan jawa tradisional/kejawen,dan orang bali yaitu ramalan
SABDA PALON NAYA GENGGONG
Sang Sabda Palon adalah penasihat spritual Prabu Brawijaya V..Yang menurut beberapa refrensi adalah nama lain dari Dhanghyang Nirartha,mpu dwijendra,pedanda sakti wawu rauh atau di lombok disebut tuan Semeru
Ramalan Sabda palon juga ada di dalam ramalan Jayabaya yang berbeda jaman.
Berikut adalah bait2 ramalan sabda palon dalam dua bahasa
Ramalan Sabdo Palon (jawa)
Berikut adalah terjemahan bebas bahasa IndonesiaSinom :
Nalika duking nguni,
Pada sira ngelingana,
Carita ing nguni-nguni,
Kang kocap ing serat babad,
Babad nagri Mojopahit,
Sang-a Brawijaya Prabu,
Pan samya pepanggihan,
Kaliyan Njeng Sunan Kali,
Sabda Palon Naya Genggong rencangira.
Sang-a Prabu Brawijaya,
Sabda Palon matur sugal,
Sabdanira arum manis,
Nuntun dhateng punakawan,
"Sabda palon paran karsi",
Jenengsun sapuniki,
Wus ngrasuk agama Rosul,
Heh ta kakang manira,
Meluwa agama suci,
Luwih becik iki agama kang mulya.
"Yen kawula boten arsi,
Ngrasuka agama Islam,
Wit kula puniki yekti,
Ratuning Dang Hyang Jawi,
Momong marang anak putu,
Sagung kang para Nata,
Kang jurneneng Tanah Jawi,
Wus pinasthi sayekti kula pisahan.
Klawan Paduka sang Nata,
Sinten tan purun nganggeya,
Wangsul maring sunya ruri,
Mung kula matur petungna,
Ing benjang sakpungkur mami,
Yen wus prapta kang wanci,
Jangkep gangsal atus tahun,
Wit ing dinten punika,
Kula gantos kang agami,
Gama Buda kula sebar tanah Jawa.
Yekti kula rusak sami,
Sun sajekken putu kula,
Berkasakan rupi-rupi,
Dereng lega kang ati,
Yen durung lebur atempur,
Kula damel pratandha,
Pratandha tembayan mami,
Hardi Merapi yen wus njeblug mili lahar.
Ngidul ngilen purugira,
Sanget-sangeting sangsara,
Ngganda banger ingkang warih,
Nggih punika medal kula,
Wus nyebar agama budi,
Merapi janji mami,
Anggereng jagad satuhu,
Karsanireng Jawata,
Sadaya gilir gumanti,
Boten kenging kalamunta kaowahan.
Kang tuwuh ing tanah Jawi,
Sinengkalan tahunira,
Lawon Sapta Ngesthi Aji,
Upami nyabrang kali,
Prapteng tengah-tengahipun,
Kaline banjir bandhang,
Jerone ngelebne jalmi,
Kathah sirna manungsa prapteng pralaya.
Bebaya ingkang tumeka,
Warna-warna kang bebaya,
Warata sa Tanah Jawi,
Ginawe kang paring gesang,
Tan kenging dipun singgahi,
Wit ing donya puniki,
Wonten ing sakwasanipun,
Sedaya pra Jawata,
Kinarya amertandhani,
Jagad iki yekti ana kang akarya.
Angrusaken Tanah Jawi,
Sagung tiyang nambut karya,
Pamedal boten nyekapi,
Priyayi keh beranti,
Sudagar tuna sadarum,
Wong glidhik ora mingsra,
Wong tani ora nyukupi,
Pametune akeh sirna aneng wana.
Bumi ilang berkatira,
Heru hara sakeh janma,
Ama kathah kang ndhatengi,
Kayu kathah ingkang ilang,
Cinolong dening sujanmi,
Pan risaknya nglangkungi,
Karana rebut rinebut,
Risak tataning janma,
Yen dalu grimis keh maling,
Yen rina-wa kathah tetiyang ambegal.
Rebutan ngupaya bukti,
Tan ngetang anggering praja,
Tan tahan perihing ati,
Katungka praptaneki,
Pageblug ingkang linangkung,
Lelara ngambra-ambra,
Waradin saktanah Jawi,
Enjing sakit sorenya sampun pralaya,
Kesandung wohing pralaya,
Kaselak banjir ngemasi,
Udan barat salah mangsa,
Angin gung anggegirisi,
Kayu gung brasta sami,
Tinempuhing angin agung,
Kathah rebah amblasah,
Lepen-lepen samya banjir,
Lamun tinon pan kados samodra bena.
Alun minggah ing daratan,
Hardi agung-agung samya,
Karya rusak tepis wiring,
Kang dumunung kering kanan,
Kajeng akeh ingkang keli,
Kang tumuwuh apinggir,
Samya kentir trusing laut,
Seia geng sami brasta,
Kabalebeg katut keli,
Gumalundhung gumludhug suwaranira.
Huru-hara nggegirisi,
Gumleger suwaranira,
Lahar wutah kanan kering,
Ambleber angelebi,
Nrajang wana lan desagung,
Manungsanya keh brasta,
Kebo sapi samya gusis,
Sirna gempang tan wonten mangga puliha.
Lindu ping pitu sedina,
Sabda Palon nulya mukswa,
Karya sisahing sujanmi,
Sitinipun samya nela,
Brekasakan kang ngelesi,
Anyeret sagung janmi,
Manungsa pating galuruh,
Kathah kang nandhang roga,
Warna-warna ingkang sakit,
Awis waras akeh kang prapteng pralaya."
Sakedhap boten kaeksi,
Wangsul ing jaman limunan,
Langkung ngungun Sri Bupati,
Njegreg tan bisa angling,
Ing manah langkung gegetun,
Keduwung lepatira,
Mupus karsaning Dewadi,
Kodrat iku sayekti tan kena owah.
RAMALAN SABDO PALON
Terus apa yang kita bisa telaah dari bait2 syair ramalan sabdo palon di atas?Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit.
Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Penasihat spiritual beliau yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: "Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik."
Sabda Palon menjawab kasar: "Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.
Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.
Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.
Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.
Agaknya kita harus kembali ke ajaran leluhur yang sangat luhur,menghargai dan sangat menghormati alam.
Budaya asli kita dari sabang sampai merauke juga sangat adiluhung.Tapi oleh para orang asing budaya kita selalu di bilang primitif.
Padahal budaya leluhur kita sangat maju.
Seperti Di kerajaan sriwijaya di tanah sumatra pada jaman kejayaanya banyak berdiri perguruan2 tinggi tempat orang menimba ilmu agama juga ilmu politik.Para murid berdatangan dari luar kerajaan. .Dari cina sampai india. .Angkatan laut sriwijaya juga hebat,mengarungi samudra dgn kapal layar besar.Jauh sebelum colombus menemukan amerika atau si Ceng ho ke majapahit. Jadi para budayawan asing selalu mengiring opini kalau budaya atau peradaban mereka lebih maju daripada peradaban kita.Padahal sebaliknya.
Kita harus bangga dengan budaya kita.Banyak orang lupa dengan leluhurnya,lupa dengan budayanya.Budaya asing di bawa ke tanah air kita walaupun tidak cocok.Mereka memaksakan kehendak,menebar teror dimana2.
Tapi tuhan maha tahu dan maha adil. .Semua ada masanya,kita tidak bisa menghindar dari suratan takdir. .
Jadi Kesimpulan tulisan saya adalah
Jangan sekali-kali melupakan sejarah,kembali kepada jatidiri bangsa indonesia yang berdasarkan pancasila,dan kembali ke ajaran leluhur yang suci dan adiluhungkalau semua di jalani,niscaya kedamaian akan menghampiri negri kita tercinta ini. . Terimakasih
source:http://nurahmad.wordpress.com/wasiat-nusantara/ramalan-sabdo-palon
Setuju berat......Orang Indonesia emang dari dulu ampe sekarang lebih senang barang impor....
BalasHapusYuph. .Kita harus banha dgn budaya kita sendiri
BalasHapusDari dulu saya sangat ingin tahu isi dari ramalan Sabdapalon ini, terima kasih infonya sangat berguna.
BalasHapusBagus sekali perlu disebarluaskan, yang sudah tiba jamannya kebohongan Islam dibongkar dengan teknologi internet.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus